Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Enik Ermawati atau yang akrab disapa Ni Luh Puspa, menutup rangkaian acara Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) di Jakarta pada Minggu, 19 Oktober 2025. Acara ini menjadi momentum penting bagi umat Hindu di Indonesia dalam memperkuat nilai spiritual dan semangat kebangsaan, khususnya dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Dalam pidatonya yang penuh semangat, Ni Luh Puspa menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya forum kebangsaan tersebut. Ia menekankan peran vital Pesamuhan Agung dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan umat Hindu di tengah keberagaman bangsa.
Pentingnya Pesamuhan Agung bagi Umat Hindu
Ni Luh Puspa menekankan bahwa Pesamuhan Agung memiliki makna mendalam bagi seluruh umat Hindu di Indonesia. Ia berharap hasil pembahasan selama tiga hari pelaksanaan dapat memberikan manfaat nyata bagi umat dan bangsa.
Membangun Solidaritas dan Harmoni
Ni Luh Puspa berharap melalui forum ini, umat Hindu semakin memperkuat rasa persaudaraan dan mampu menjaga solidaritas dalam keberagaman. Nilai-nilai kebersamaan menjadi kunci utama dalam membangun keharmonisan sosial yang berlandaskan dharma.
“Pesamuhan Agung ini untuk kebaikan umat, kebaikan kita bersama dan mudah-mudahan apa yang sudah didiskusikan, dirumuskan dalam 3 hari ini bisa benar-benar merekatkan hubungan kita sebagai sesama umat Hindu,” ujarnya.
Peran Umat Hindu dalam Pembangunan Nasional
Ni Luh Puspa menyinggung tentang visi Indonesia Emas 2045 sebagai cita-cita nasional yang harus diwujudkan bersama oleh seluruh elemen bangsa. Ia menegaskan bahwa umat Hindu memiliki peran penting dalam mengintegrasikan nilai-nilai dharma ke dalam pembangunan nasional.
Meneguhkan Dharma Agama dan Dharma Negara
Ni Luh Puspa menjelaskan bahwa semangat Dharma Agama dan Dharma Negara harus berjalan beriringan agar pembangunan Indonesia tidak hanya berfokus pada aspek material, tetapi juga menegakkan nilai moral dan spiritual sebagai fondasi bangsa.
“Dan hari ini saya ingin berbagi terkait dengan visi Indonesia Emas 2045, bagaimana kita meneguhkan Dharma Agama dan Dharma Negara untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang adil, beradab, dan inklusif,” ujarnya.
Pariwisata sebagai Pembangunan Peradaban
Kementerian Pariwisata, menurut Ni Luh Puspa, memiliki pandangan luas terhadap peran sektor pariwisata dalam pembangunan nasional. Ia melihat pariwisata bukan hanya sebagai sektor ekonomi, tetapi juga sebagai sarana memperkuat karakter bangsa, melestarikan budaya, dan membangun kesadaran kolektif untuk menjaga keharmonisan sosial.
“Jadi kalau bagi kami di Kementerian Pariwisata, ini bukan hanya momen untuk berbicara tentang sektor ekonomi, tetapi ini juga adalah kesempatan bagi kami untuk berbicara tentang pembangunan peradaban,” ucapnya.
Visi Pariwisata Berlandaskan Astacita
Arah kebijakan pariwisata nasional saat ini berlandaskan pada nilai Astacita—delapan cita-cita besar pemerintahan—yang menempatkan keadilan, keberadaban, dan kesejahteraan bersama sebagai tujuan utama pembangunan bangsa.
Pentingnya Harmoni dan Keadilan Sosial
Ni Luh Puspa menegaskan kembali pandangannya mengenai pentingnya harmoni dan keadilan sosial dalam pembangunan sektor pariwisata yang berkeadaban.
“Bangsa kita punya cita-cita yang sangat besar yaitu mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan visi menjadikan Indonesia sebagai negara kesatuan yang bersatu, berdaulat, maju, dan juga berkelanjutan. Dalam perjalanan menuju cita-cita itu pariwisata memiliki peran yang strategis. Sebagai bangsa yang majemuk dan juga berkeadaban pembangunan pariwisata Indonesia tidak cukup hanya mengejar soal angka kunjungan saja. Tetapi lebih daripada itu pariwisata itu harus mampu menumbuhkan keadilan sosial, nilai kemanusiaan, dan juga tentu saja adalah harmoni antarumat,” paparnya.
Ni Luh Puspa juga mengutip pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya kerukunan antarumat beragama untuk pertumbuhan pariwisata.
“Pak Presiden dalam beberapa kali di sidang kabinet selalu mengatakan bahwa pariwisata itu tidak akan tumbuh kalau tidak ada kerukunan antarumat beragama. Kalau tidak ada rasa aman yang tercipta antara masyarakat kita di dalam. Jadi penting sekali soal harmoni antarumat ini,” pungkas Ni Luh.