Skandal Cikande: Radioaktif Menghantui, Jejak Racun Ekspor Pangan RI Terancam?

Kasus pencemaran radioaktif Cesium-137 (Cs-137) di kawasan Industri Modern Cikande, Banten, menjadi sorotan tajam. Keresahan publik muncul setelah laporan dari Amerika Serikat (AS) pada Agustus 2025 menyebut adanya kandungan radioaktif Cs-137 pada produk udang beku asal Indonesia di beberapa pelabuhan besar, memicu respons cepat pemerintah.

Pemerintah segera membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Cs-137 pada 11 September 2025. Satgas ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, dengan pengendali teknis Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq. Penetapan status kejadian khusus pencemaran radiasi menunjukkan keseriusan penanganan.

Hanif Faisol menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor, partisipasi masyarakat, dan keterbukaan informasi publik dalam mengatasi pencemaran. Ia berharap dukungan dari semua pihak untuk menjaga keselamatan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

“Dukungan dari seluruh elemen diharapkan dapat memperkuat upaya menjaga keselamatan lingkungan dan kesehatan masyarakat dari risiko kontaminasi bahan radioaktif,” ujar Hanif Faisol dalam keterangan resminya di Jakarta, pada 23 September 2025 lalu.

Investigasi Satgas mengarah pada pabrik peleburan besi PT Peter Metal Technology (PMT) di Kawasan Industri Modern Cikande. Dari pabrik ini, ditemukan besi bekas seberat 700 kilogram yang tercemar Cs-137. Staf Ahli Kemenko Pangan, Bara Khrishna Hasibuan, menjelaskan bahwa besi sebagai bahan baku di pabrik tersebut menjadi penyebab utama pencemaran.

“Penyebab adanya material radioaktif cesium-137 adalah besi sebagai bahan baku di pabrik tersebut telah tercemar Cs-137,” terangnya.

Besi yang terkontaminasi diduga menyebar melalui udara hingga mencapai fasilitas pengemasan udang milik PT Bahari Makmur Sejati (BMS), yang berjarak kurang dari dua kilometer dari pabrik PMT. Dugaan sementara, material tersebut berasal dari luar negeri sebelum masuk ke rantai pasok di Cikande.

Tim Satgas Bidang I Mitigasi dan Penanganan Kontaminasi Sumber Radiasi, di bawah pimpinan Deputi KLH/BPLH, Rasio Ridho Sani, mengerahkan alat berat untuk mengevakuasi material radioaktif. Di Lokasi F, ditemukan tas besar dan drum dengan kadar radiasi tinggi.

Rasio Ridho melaporkan bahwa dua tas besar (jumbo bag) material dan enam drum High-Density Polyethylene (HDPE) dengan kadar radiasi tinggi telah berhasil diamankan.

Hingga 2 Oktober 2025, total 20 drum, 17 jumbo bag, dan 3 palet material dipindahkan ke fasilitas penyimpanan sementara PT PMT. Upaya pencegahan kebocoran radiasi dilakukan dengan melapisi dinding ruang angkut truk menggunakan timbal.

Kementerian Kesehatan telah melakukan pemeriksaan terhadap 1.562 pekerja di radius lima kilometer dari lokasi. Meskipun demikian, CDC Amerika Serikat menyatakan bahwa paparan Cs-137 dalam jumlah kecil relatif aman. Namun, risiko serius muncul jika paparan tinggi dan berulang, yang dapat menyebabkan penyakit radiasi akut hingga kanker.

Menteri Hanif Faisol menegaskan bahwa penanganan cemaran radiasi bukan hanya masalah teknis, tetapi juga tanggung jawab negara dalam melindungi warganya. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas lembaga dan standar keselamatan internasional.

“Kami memastikan seluruh proses berjalan sesuai standar keselamatan internasional, dengan kolaborasi lintas lembaga yang solid.” tegas Hanif Faisol dalam keterangannya di Jakarta, pada 23 September 2025.

Hanif Faisol juga berusaha meyakinkan masyarakat bahwa kondisi sudah terkendali.

“Sekali lagi kami tegaskan, kondisi ini sudah terkendali dengan sangat presisi. Masyarakat tidak perlu panik,” tukasnya.

Dapatkan Berita Terupdate dari INDObrita di:
PASANG IKLAN ANDA DISINI