Kementerian Agama (Kemenag) menunjukkan komitmen kuat terhadap isu kelestarian lingkungan. Langkah konkretnya adalah dengan menerbitkan tafsir Alquran yang secara khusus membahas tentang pelestarian lingkungan. Upaya ini mencerminkan keseriusan Kemenag dalam mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan isu-isu lingkungan yang krusial.
Tafsir Alquran ini menjadi bukti nyata bahwa ajaran Islam memiliki pandangan yang mendalam tentang pentingnya menjaga alam. Kemenag menekankan bahwa setiap aktivitas manusia yang berkaitan dengan alam, seperti penebangan pohon dan pengelolaan bumi, harus dilakukan atas nama Allah. Ini adalah pesan yang sangat relevan dalam konteks krisis lingkungan global saat ini.
Peluncuran Tafsir Ayat-Ayat Ekologi: Membangun Kesadaran Ekoteologis Berbasis Alquran di Jakarta (6/10) menjadi momen penting. Buku tafsir ini mengupas ayat-ayat Alquran yang relevan dengan isu lingkungan. Umat Islam dapat mengunduh buku ini secara gratis melalui website Pustaka Lajnah Kemenag.
Menag Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa tafsir ini menegaskan kesucian alam. Menurutnya, alam adalah kumpulan ayat makrokosmos, sama seperti Alquran yang merupakan kumpulan ayat mikrokosmos. Keduanya adalah ayat-ayat Allah.
Nasaruddin menegaskan bahwa alam memiliki kesucian karena diciptakan oleh Zat yang Maha Suci. Oleh karena itu, setiap tindakan terhadap alam dalam ajaran Islam harus diawali dengan “Bismillahirrahmanirrahim”.
Nasaruddin Umar juga menyampaikan:
“Menebang pohon, menyembelih hewan, atau mengolah bumi harus dilakukan atas nama Allah. Bukan dengan keserakahan manusia,”
Dia juga menjelaskan perbedaan makna bismillah dalam dua dimensi peran manusia. Ketika manusia sebagai khalifah, bismillah berarti atas nama Allah. Namun ketika manusia sebagai hamba, bismillah berarti dengan nama Allah. “Dua posisi ini mengingatkan kita agar tidak sewenang-wenang terhadap alam,” imbuhnya.
Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM Kemenag, Prof. Muhammad Ali Ramdhani, menambahkan bahwa peluncuran buku tafsir ini sejalan dengan program prioritas Kemenag dalam memperkuat kesadaran ekoteologi. Ia menekankan bahwa relasi antara manusia dan lingkungan bukanlah hubungan eksploitasi, melainkan amanah.
“Kesadaran ekoteologis harus berangkat dari pemahaman spiritual akan pentingnya merawat bumi,” kata Ramdhani. Ia menambahkan bahwa buku ini adalah sumbangan penting bagi khazanah tafsir Alquran di Indonesia dan juga berkontribusi pada pembangunan kesadaran ekologis global.