Ketua Komisi X: Bahasa Portugis di Sekolah, Kurikulum Sudah Overload?

Ketua Komisi X Bahasa Portugis di Sekolah Kurikulum Sudah Overload

Pemerintah berencana memasukkan bahasa Portugis ke dalam kurikulum pendidikan nasional, sebuah langkah yang disambut baik oleh Komisi X DPR RI. Namun, Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menekankan pentingnya landasan yang jelas untuk kebijakan ini, termasuk manfaat strategis, hubungan diplomatik, dan relevansi terhadap kebutuhan siswa di masa depan.

Hetifah mengingatkan agar rencana ini tidak hanya menjadi wacana, tetapi juga mempertimbangkan dampak implementasinya terhadap kurikulum yang sudah ada. Ia menekankan perlunya kajian mendalam untuk memastikan bahwa penambahan bahasa asing ini tidak membebani peserta didik dan satuan pendidikan. Selain itu, Hetifah juga mendorong kerja sama dengan negara-negara berbahasa Portugis, seperti Brasil, Portugal, dan Timor Leste.

Respons Komisi X DPR RI terhadap Rencana Pengajaran Bahasa Portugis

Hetifah Sjaifudian, Ketua Komisi X DPR RI, memberikan tanggapan terkait rencana pemerintah untuk memasukkan bahasa Portugis ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Ia menyambut baik inisiatif tersebut, namun memberikan beberapa catatan penting untuk memastikan efektivitas dan keberlanjutan program.

Pentingnya Landasan yang Jelas

Hetifah menekankan bahwa kebijakan ini harus memiliki dasar yang kuat. Ia menyebutkan beberapa aspek yang perlu diperhatikan, di antaranya:

  • Manfaat Strategis: Mengapa bahasa Portugis penting dipelajari dari sudut pandang strategis bagi Indonesia?
  • Hubungan Diplomatik: Bagaimana pengajaran bahasa Portugis dapat memperkuat hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara berbahasa Portugis?
  • Relevansi terhadap Kebutuhan Siswa: Apakah bahasa Portugis akan memberikan manfaat konkret bagi siswa di masa depan, baik dalam pendidikan maupun karier?

Kajian Mendalam dan Uji Coba

Hetifah juga mengingatkan pentingnya kajian mendalam sebelum kebijakan ini diterapkan secara luas. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa penambahan bahasa Portugis tidak memberikan beban tambahan bagi siswa dan satuan pendidikan.

Ia menyarankan agar program pengajaran bahasa Portugis diujicobakan terlebih dahulu di daerah yang memiliki kedekatan historis dan interaksi sosial-budaya dengan negara-negara berbahasa Portugis. Nusa Tenggara Timur (NTT), yang berbatasan langsung dengan Timor Leste, dapat menjadi contoh lokasi uji coba yang baik.

Pendekatan Kontekstual dan Berbasis Wilayah

Menurut Hetifah, pendekatan kontekstual dan berbasis wilayah akan membuat proses pembelajaran lebih relevan dan efektif. Model ini tidak hanya memberikan manfaat nyata bagi peserta didik, tetapi juga dapat menjadi contoh penerapan pembelajaran bahasa asing yang adaptif terhadap karakter dan kebutuhan daerah.

Pernyataan Ketua Komisi X DPR RI

“Kami tentu menyambut baik setiap upaya pemerintah dalam memperkaya kompetensi bahasa asing peserta didik Indonesia. Namun, pemerintah juga harus memperhatikan dampak implementasinya terhadap kurikulum yang saat ini sudah padat,” ujar Hetifah dalam keterangannya kepada Parlementaria pada Senin (27/10/2025).

Hetifah juga menegaskan dukungan Komisi X DPR RI terhadap kebijakan pendidikan yang memperkuat daya saing global pelajar Indonesia.

“Prinsipnya, kami mendukung kebijakan pendidikan yang memperkuat daya saing global pelajar Indonesia, selama dilakukan dengan perencanaan matang dan tetap menjaga prioritas bahasa Indonesia serta bahasa daerah sebagai identitas bangsa,” tegas Hetifah.

Dengan pendekatan yang cermat dan mempertimbangkan berbagai aspek, diharapkan pengajaran bahasa Portugis dapat memberikan manfaat optimal bagi siswa dan berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dapatkan Berita Terupdate dari INDObrita di:
PASANG IKLAN ANDA DISINI