Sejumlah ibu di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, masih salah memahami susu kental manis. Mereka menganggapnya sebagai pengganti susu untuk anak, sebuah kesalahpahaman yang berbahaya bagi kesehatan balita.
Kesalahpahaman ini terungkap dalam acara edukasi dan pendampingan gizi yang diadakan Majelis Kesehatan (Makes) PP Aisyiyah. Acara ini menyoroti betapa kuatnya pengaruh iklan dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap produk makanan.
Dalam sesi edukasi yang diikuti 24 ibu dan balitanya, petugas Puskesmas Pamijahan, Abdul Rojak, menggunakan contoh iklan produk kental manis untuk menggali pemahaman para ibu. Hasilnya mengejutkan.
Kesalahpahaman yang Berbahaya
Sebagian besar ibu peserta menyatakan bahwa karena produk kental manis diiklankan, berarti aman dikonsumsi anak. Ini menunjukkan kurangnya literasi kesehatan dan pemahaman kritis terhadap informasi periklanan.
Lebih lanjut, pemahaman tentang kandungan gula yang tinggi dalam kental manis juga sangat minim. Banyak ibu yang masih menambahkan gula lagi ke dalam seduhan kental manis, meningkatkan risiko kesehatan anak seperti obesitas dan diabetes.
Abdul Rojak menambahkan bahwa sebagian besar ibu-ibu mengakui memiliki kental manis di rumah dan menambahkan gula pada minuman tersebut untuk anak-anaknya. Ini menunjukkan urgensi untuk meningkatkan edukasi gizi di masyarakat.
Pengalaman Bella Saphira: Cerminan Masalah yang Lebih Luas
Bella Saphira (25 tahun), salah satu peserta edukasi, mengaku baru mengetahui bahwa kental manis tidak boleh diseduh sebagai pengganti susu anak. Ia telah memberikan seduhan kental manis kepada anaknya sejak usia 8 bulan.
Lebih memprihatinkan lagi, Bella menyatakan bahwa di Posyandu, anaknya justru mendapatkan kental manis sebagai salah satu ‘hadiah’ setelah penimbangan berat badan dan pengukuran lingkar kepala. Praktik ini jelas memperkuat kesalahpahaman masyarakat tentang kental manis.
Pengalaman Bella merefleksikan kurangnya edukasi gizi yang memadai di tingkat masyarakat. Informasi yang keliru, ditambah dengan pemberian kental manis di Posyandu, membuat para ibu semakin percaya bahwa produk tersebut baik untuk anak-anaknya.
Dampak Konsumsi Kental Manis Berlebihan pada Anak
Konsumsi kental manis berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada anak, antara lain:
- Obesitas: Kandungan gula yang tinggi menyebabkan penumpukan lemak berlebih.
- Diabetes tipe 2: Gula darah meningkat drastis dan berisiko menyebabkan diabetes di usia muda.
- Karies gigi: Gula tinggi memicu pertumbuhan bakteri penyebab kerusakan gigi.
- Malnutrisi: Kental manis tidak menyediakan nutrisi lengkap yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang optimal. Anak justru kekurangan nutrisi penting seperti protein dan zat besi.
Solusi dan Rekomendasi
Perlu adanya peningkatan edukasi gizi dan kesehatan secara masif, terutama menyasar ibu-ibu hamil dan menyusui. Edukasi harus menekankan pentingnya ASI eksklusif dan pilihan susu formula yang tepat untuk bayi.
Pemerintah dan lembaga terkait perlu melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap iklan produk kental manis agar tidak menyesatkan masyarakat. Iklan harus menampilkan informasi yang jujur dan tidak memberikan kesan bahwa kental manis adalah pengganti susu.
Posyandu juga perlu merevisi kebijakannya dan menghentikan praktik pemberian kental manis kepada balita. Sebaiknya Posyandu memberikan edukasi tentang gizi dan memberikan makanan bergizi yang tepat untuk pertumbuhan anak.
Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, diharapkan kesalahpahaman tentang kental manis dapat diatasi dan kesehatan anak-anak Indonesia dapat terjaga.