Thailand dan Kamboja sepakat melakukan gencatan senjata tanpa syarat setelah pertempuran sengit di perbatasan yang menewaskan puluhan orang dan memaksa ribuan lainnya mengungsi. Kesepakatan ini tercapai melalui mediasi yang dipimpin oleh Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, di Kuala Lumpur.
Konflik yang telah berlangsung selama beberapa hari ini akhirnya menemukan titik terang. Gencatan senjata ini menjadi harapan baru bagi pemulihan perdamaian dan keamanan di wilayah perbatasan yang bergejolak. Pertemuan di Kuala Lumpur menjadi langkah awal yang krusial dalam upaya de-eskalasi konflik.
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menyebut kesepakatan ini sebagai “langkah awal yang penting menuju de-eskalasi dan pemulihan perdamaian serta keamanan”.
Hun Manet, Perdana Menteri Kamboja, menggambarkan pertemuan tersebut sebagai “pertemuan yang sangat baik” dan berharap pertempuran segera berhenti. Kamboja telah mendesak gencatan senjata sejak Jumat, karena pasukannya yang kalah persenjataan telah dipukul mundur oleh militer Thailand.
Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, juga memberikan respons positif.
“Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, berbicara singkat dan berjanji akan menghormati gencatan senjata.”
Situasi di garis depan, yang hanya dapat diakses oleh kedua militer, masih belum jelas.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat sejak bulan Mei lalu, dipicu oleh sejumlah insiden. Awalnya, Thailand menolak tawaran mediasi dari Malaysia. Namun, setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa negosiasi tarif tidak akan dilanjutkan hingga “pertempuran berhenti”, Thailand akhirnya menyetujui mediasi.
Sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama, diperparah oleh kematian seorang tentara Kamboja dalam sebuah bentrokan. Akibatnya, Thailand memberlakukan pembatasan bagi warga dan turis yang hendak memasuki Kamboja melalui jalur darat. Kamboja juga membalas dengan melarang beberapa impor dari Thailand, termasuk buah-buahan, listrik, dan layanan internet.
Situasi semakin memanas ketika seorang tentara Thailand kehilangan kakinya akibat ledakan ranjau darat. Thailand merespons dengan menutup beberapa pos perbatasan dengan Kamboja, mengusir duta besar Kamboja, dan menarik pulang duta besarnya sendiri.
Pertikaian terus berlanjut dengan saling tembak antara kedua belah pihak pada Kamis pagi. Masing-masing pihak saling menyalahkan sebagai pemicu konflik.
Menurut militer Thailand, banyak korban di pihak mereka adalah warga sipil di desa-desa yang terkena serangan roket. Kamboja melaporkan 13 orang tewas di pihak mereka, termasuk delapan warga sipil.
Bahkan saat perundingan damai berlangsung di Kuala Lumpur pada hari Senin, peluru dan roket masih terus menghantam kedua negara, menunjukkan betapa krusialnya gencatan senjata ini.