Tidur Setelah Makan: Risiko GERD Meningkat, Kata Dokter

Mais Nurdin

Jumat, 15 Agustus 2025

3
Min Read

Langsung berbaring setelah makan, kebiasaan yang tampak sepele, ternyata bisa menjadi masalah serius bagi penderita Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Posisi berbaring meningkatkan risiko asam lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan berbagai gejala yang tidak nyaman. Hal ini dikarenakan tekanan dalam lambung meningkat, membuat asam lambung lebih mudah kembali ke atas.

Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RS Cipto Mangunkusumo, Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, menjelaskan bahaya kebiasaan ini secara detail. Beliau menekankan pentingnya menjaga posisi tubuh setelah makan untuk mencegah GERD kambuh. Kurangnya kesadaran akan hal ini seringkali membuat penderita GERD mengalami gejala yang semakin parah.

“Tekanan di dalam lambung semakin besar, apalagi kalau habis makan langsung tiduran. Ini sering terjadi, makan sambil rebahan nonton drama Korea, akhirnya memicu reflux disease,” ujar Prof. Ari. Pernyataan ini menyoroti betapa mudahnya kebiasaan sehari-hari, seperti menonton televisi sambil rebahan setelah makan, dapat memicu atau memperparah GERD.

Selain posisi tidur, obesitas juga menjadi faktor risiko utama GERD. Lemak berlebih di perut meningkatkan tekanan pada lambung, sehingga isi lambung lebih mudah terdorong naik. Kombinasi obesitas dan kebiasaan berbaring setelah makan akan meningkatkan risiko GERD secara signifikan.

“Obesitas jelas membuat tekanan di perut meningkat. Kalau ini dikombinasikan dengan langsung tiduran setelah makan, risikonya jadi berlipat ganda,” jelas Prof. Ari. Penjelasan ini menegaskan pentingnya menjaga berat badan ideal untuk mencegah dan mengelola GERD.

Gaya hidup modern turut berkontribusi pada peningkatan kasus GERD. Konsumsi alkohol, rokok, dan kopi berlebihan, ditambah stres dan pola makan tinggi daging merah serta makanan asin, dapat meningkatkan produksi asam lambung. Semua faktor ini saling berkaitan dan memperburuk kondisi GERD.

“Kalau ada pilihan daging atau ikan, saya akan pilih ikan. Karena makan daging bisa meningkatkan sekresi asam lambung,” tambah Prof. Ari. Rekomendasi ini menekankan pentingnya pilihan makanan sehat dan bergizi untuk mengurangi risiko GERD.

Stres, sering dianggap sebagai faktor emosional, ternyata juga memiliki efek langsung pada lambung. Hormon yang dilepaskan saat stres dapat memicu peningkatan produksi asam lambung. Oleh karena itu, mengelola stres sangat penting untuk pencegahan dan pengobatan GERD.

“Kita sering mengabaikan ini, padahal hubungan stres dengan asam lambung itu nyata,” tegas Prof. Ari. Pernyataan ini menyoroti pentingnya kesadaran akan hubungan antara stres dan kesehatan pencernaan.

Untuk mengurangi risiko kambuhnya GERD, beberapa langkah sederhana dapat dilakukan. Hindari berbaring setidaknya 2-3 jam setelah makan. Kurangi konsumsi alkohol, rokok, kopi, makanan asin dan daging merah. Pilih sumber protein rendah lemak seperti ikan. Jaga berat badan ideal. Kelola stres dengan olahraga ringan, meditasi, atau aktivitas menenangkan lainnya.

Perubahan gaya hidup sederhana ini dapat membuat perbedaan signifikan bagi penderita GERD. Jangan menunggu sampai gejala parah baru mengubah kebiasaan. Pencegahan dan pengelolaan yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup penderita GERD.

“Perubahan gaya hidup sederhana bisa membuat perbedaan besar bagi penderita GERD. Jangan menunggu sampai gejalanya parah baru mengubah kebiasaan,” pungkas Prof. Ari. Pesan ini menekankan pentingnya tindakan proaktif dalam mencegah dan mengelola GERD.

Selain tips yang telah disebutkan, penderita GERD juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dalam porsi kecil namun lebih sering. Makan secara perlahan dan mengunyah makanan hingga halus juga dapat membantu mengurangi beban kerja lambung. Tidur dengan kepala sedikit ditinggikan juga dapat membantu mengurangi refluks asam lambung. Konsultasi dengan dokter spesialis gastroenterologi sangat disarankan untuk mendapatkan diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat. Penggunaan obat-obatan seperti antasida atau inhibitor pompa proton mungkin diperlukan untuk mengontrol produksi asam lambung. Terakhir, penting untuk mengingat bahwa setiap individu mungkin memiliki pemicu GERD yang berbeda, sehingga penting untuk mengenali dan menghindari pemicu pribadi masing-masing.

Tinggalkan komentar

Related Post