Gempa bumi dahsyat yang mengguncang Myanmar pada 1 April telah menyebabkan kerusakan infrastruktur yang meluas dan ribuan korban jiwa serta luka-luka. Bencana ini telah menyoroti pentingnya solidaritas internasional dan kerja sama antar negara dalam penanggulangan bencana.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Sebagai bentuk solidaritas, pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) segera mengirimkan Tim Bantuan Kemanusiaan ke Myanmar. Salah satu unsur penting dalam tim ini adalah Tim Tanggap Cepat Emergency Medical Team (TCK EMT) , yang terdiri dari tenaga medis terampil dan berpengalaman.

Tim Medis Indonesia di Myanmar: Keahlian dan Dedikasi

TCK EMT Indonesia terdiri dari 15 dokter anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI), yang memiliki beragam keahlian spesialis. Kehadiran dokter spesialis bedah, ortopedi, anestesi, kedokteran emergensi, anak, dan dokter umum memastikan penanganan medis yang komprehensif bagi para korban.

keahlian ini sangat krusial dalam merespon kebutuhan medis yang kompleks akibat bencana. Tim ini mampu menangani berbagai jenis cedera dan penyakit, memberikan perawatan yang efektif dan menyelamatkan banyak nyawa.

Medical Center di Naypyitaw

Tim TCK EMT Indonesia mendirikan medical center di area 50 Bed Oattara Thiri Township Hospital, Naypyitaw. Fasilitas ini beroperasi selama 15 hari, dari tanggal 3 hingga 21 April , memberikan pelayanan kesehatan setiap hari dari pukul 08.30 hingga 16.30 waktu setempat tanpa henti.

Selama periode tersebut, tim medis Indonesia menangani 4.874 pasien, rata-rata 324 pasien per hari. Jumlah ini jauh melampaui standar pelayanan EMT Level 1 Fixed menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang hanya menetapkan kapasitas 100 pasien per hari.

Prestasi ini menunjukkan efisiensi dan dedikasi tinggi tim medis Indonesia dalam memberikan pertolongan di tengah situasi darurat. Kemampuan mereka menangani jumlah pasien yang jauh melebihi standar menunjukkan kesiapan dan profesionalisme yang luar biasa.

Penyerahan Operasional Rumah Sakit Lapangan

Pada 22 April 2025, operasional rumah sakit lapangan secara diserahkan kepada otoritas kesehatan Myanmar. Penyerahan ini menandai berakhirnya misi kemanusiaan tahap pertama, namun dampak positifnya akan terus dirasakan oleh masyarakat Myanmar.

Koordinator TCK EMT Indonesia, dr. Eko Medistianto, menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang baik dengan pihak berwenang di Myanmar. Pihak Myanmar sendiri juga menyampaikan terima kasih atas bantuan dan pelatihan yang diberikan oleh tim medis Indonesia.

Apresiasi juga datang dari Dr. Swe Zin Win, Regional Health Director Naypyitaw, yang menekankan manfaat pelatihan dan peralatan medis yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa bantuan kemanusiaan tidak hanya berupa pertolongan medis langsung, tetapi juga transfer pengetahuan dan keahlian.

Misi Kemanusiaan dan Diplomasi Solidaritas

Keberadaan Tim Bantuan Kemanusiaan Indonesia di Myanmar bukan hanya soal bantuan medis, tetapi juga merupakan bentuk diplomasi solidaritas antar negara ASEAN. Hal ini memperkuat hubungan bilateral dan menunjukkan komitmen Indonesia dalam membantu sesama negara anggota ASEAN yang mengalami bencana.

Partisipasi aktif Indonesia dalam misi kemanusiaan ini menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan dan kerjasama regional. Semoga kerja sama ini terus berlanjut dan dapat ditiru oleh negara-negara lain dalam menghadapi bencana alam di masa depan.

Dedikasi para dokter IDI dan seluruh tim TCK EMT Indonesia merupakan contoh nyata bagaimana kerja keras dan keahlian profesional dapat memberikan dampak positif yang besar bagi masyarakat yang membutuhkan. Kisah ini menjadi bukti bahwa kemanusiaan tidak mengenal batas negara dan solidaritas global sangat penting dalam menghadapi tantangan kemanusiaan.

Keberhasilan misi ini diharapkan dapat menjadi model bagi respon kemanusiaan lainnya, baik di tingkat regional maupun internasional. Persiapan yang matang, koordinasi yang efektif, dan tenaga medis yang terampil adalah kunci dalam memberikan bantuan yang efektif dan menyelamatkan jiwa.