Said Abdullah Ancam Bubarkan Lembaga Keuangan Dunia Jika Tak Berani Lawan AS !

**Jakarta** – Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah, menyoroti melemahnya peran lembaga-lembaga internasional seperti WTO, IMF, dan Bank Dunia dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Ia mengajak negara-negara dunia untuk kembali memperkuat kerja sama multilateral demi menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan.

Dalam pandangannya, Said menekankan pentingnya bagi negara-negara untuk bersatu dan mengedepankan kepentingan bersama. Ia melihat bahwa saat ini, lembaga-lembaga tersebut belum mampu berfungsi secara efektif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan global. Peran lembaga-lembaga ini menjadi krusial dalam menjaga stabilitas ekonomi dan perdagangan dunia.

Said Abdullah mengkritisi kinerja WTO yang dinilai belum mampu menjalankan fungsinya secara optimal. Ia menyoroti bagaimana ketimpangan perdagangan semakin nyata sejak perang tarif AS-China pada tahun 2018. Ia menyoroti sikap negara-negara yang lebih memilih berunding dengan AS daripada menggugat kebijakan tersebut ke WTO.

“Saya mengajak semua negara untuk berfikir secara multilateral. Saatnya WTO membuktikan diri bahwa mereka duduk untuk kepentingan internasional,” kata Said dalam pernyataan resminya di Jakarta, Kamis (24/7/2025).

Said menilai bahwa banyak negara memilih jalur negosiasi yang lemah daripada mengambil tindakan hukum di WTO. Ia menyebutkan bahwa negara-negara cenderung meminta belas kasihan daripada bernegosiasi dalam posisi yang kuat. Hal ini, menurutnya, mencerminkan ketidakberdayaan WTO dalam menghadapi kekuatan ekonomi besar.

Ketua Banggar DPR RI ini juga mengingatkan kembali tujuan awal pembentukan GATT, cikal bakal WTO, yaitu untuk menciptakan perdagangan bebas yang adil, transparan, dan non-diskriminatif. Namun, ia melihat kenyataan yang berbeda di lapangan.

Said menyoroti bagaimana negara-negara berkembang seperti Indonesia kerap kali mengalami kesulitan dalam persaingan perdagangan bebas. Ketimpangan kualitas produk, harga, dan kapasitas produksi membuat mereka seperti “babak belur” dalam pertarungan melawan kekuatan ekonomi yang lebih besar.

“Negara-negara berkembang seperti Indonesia ‘babak belur’, seperti pertarungan Daud dan Goliat di gelanggang perdagangan bebas, karena ketimpangan kualitas produk, harga, dan kapasitas produksi,” katanya.

Meskipun demikian, Said mengakui adanya negara-negara berkembang yang berhasil bangkit dan menjadi kekuatan baru dalam perdagangan global. Ia mencontohkan China, Vietnam, Thailand, dan Indonesia yang kini memainkan peran penting dalam perekonomian dunia.

Ia mencontohkan, nilai ekspor-impor China pada tahun 2024 mencapai USD 6,164 miliar, mengungguli Amerika Serikat yang mencapai USD 5,424 miliar. Perubahan ini, menurut Said, membuat AS mengambil langkah balik dengan memberlakukan tarif baru yang dinilai melanggar prinsip perdagangan bebas yang selama ini mereka gaungkan.

Said mempertanyakan respons WTO terhadap kebijakan AS tersebut. Ia menegaskan bahwa tindakan AS telah menyalahi prinsip dasar perdagangan bebas, yaitu perdagangan tanpa hambatan tarif. Ia mempertanyakan mengapa WTO tidak mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran tersebut.

“Ini jelas menyalahi ‘rukun iman’ perdagangan bebas, yakni perdagangan tanpa hambatan tarif. Kenapa WTO diam?” tegasnya.

Said juga menuding bahwa WTO hanya aktif jika sejalan dengan kepentingan negara-negara besar. Jika tidak, lembaga tersebut dianggap tidak lagi relevan. Ia melihat bahwa diamnya WTO dalam menghadapi kebijakan AS semakin menegaskan hal tersebut.

“Diamnya WTO makin menegaskan bahwa kelembagaan WTO hanya diperlukan bila sejalan dengan kepentingan negara-negara maju seperti AS. Bila tidak sejalan, tidak diperlukan lagi,” ucap Said.

Selain WTO, Said juga mempertanyakan fungsi IMF dan Bank Dunia. Ia menilai bahwa ketiga lembaga tersebut kini seperti kehilangan arah. Jika demikian, menurut Said, lebih baik lembaga-lembaga tersebut dibubarkan saja.

“Daripada keberadaannya seperti tidak ada. Buat apa kita iuran ada WTO, IMF dan Bank Dunia kalau nyatanya *malfunction*, malah habiskan biaya tiada guna,” katanya.

Meskipun demikian, Said masih menyimpan harapan. Ia mendorong adanya komitmen kolektif dari negara-negara untuk memperbaiki dan menguatkan kembali peran lembaga-lembaga multilateral tersebut. Ia percaya bahwa dengan kerja sama yang kuat, lembaga-lembaga ini dapat kembali berfungsi secara efektif.

Said Abdullah mengajak seluruh negara untuk bersatu dan memperkuat kembali peran WTO, IMF, dan Bank Dunia. Ia berharap agar lembaga-lembaga ini dapat berfungsi secara adil dan efektif demi kepentingan bersama.

“Kalau masih dianggap penting, mari kita bulatkan tekad. Perkuat lagi WTO, IMF, dan Bank Dunia agar adil dan fungsional,” tutup politisi Fraksi PDI-Perjuangan tersebut.

Dapatkan Berita Terupdate dari INDObrita di:
PASANG IKLAN ANDA DISINI