PLN dan Pertamina resmi bergandengan tangan mengembangkan energi panas bumi untuk pembangkit listrik. Kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Head of Agreement (HoA), disaksikan langsung oleh CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, Rosan P. Roeslani. Proyek ambisius ini menargetkan total kapasitas 530 megawatt (MW) yang tersebar di 19 proyek di seluruh Indonesia.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menjelaskan bahwa langkah ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT). PLN sebagai lokomotif transisi energi nasional akan terus mendukung upaya tersebut untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 dan mewujudkan kemandirian energi. Kerjasama ini diharapkan memperkuat kapasitas energi bersih Indonesia.
“Kolaborasi dengan Pertamina dan PGE yang difasilitasi oleh Danantara Indonesia menjadi wujud nyata sinergi antarlembaga untuk mempercepat proyek pembangkitan rendah karbon sekaligus memastikan ketahanan pasokan energi nasional,” ungkap Darmawan dalam keterangan resminya pada Rabu (6/8).
Pertamina, melalui Pertamina Geothermal Energy (PGE), juga menyatakan komitmennya untuk memperluas pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi bersih. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menekankan pentingnya optimalisasi potensi wilayah kerja panas bumi secara terukur dan progresif.
“Melalui kerja sama ini, kami menjajaki skema kolaboratif yang memungkinkan optimalisasi potensi wilayah kerja panas bumi secara terukur dan progresif. Bersama PLN dan Danantara Indonesia, kami siap mempercepat realisasi proyek strategis yang memberikan kontribusi langsung pada target transisi energi nasional dan peningkatan bauran EBT,” tegas Simon.
Kerjasama ini melibatkan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) dan PGE. Ruang lingkup kemitraan meliputi penyusunan skema kerja sama pemanfaatan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), percepatan implementasi proyek, studi kelayakan teknis dan komersial, serta pembentukan Tim Kerja Bersama dan Joint Committee untuk koordinasi.
Dari total 530 MW, sebanyak 440 MW akan dipercepat penyiapannya. Pertamina/PGE akan fokus pada penyiapan uap (hulu), sementara PLN Group menangani pembangkit listrik (hilir). Sisanya, 90 MW, akan dikembangkan bersama dengan skema co-generation. Proyek-proyek ini tersebar di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi, terdiri dari 7 proyek brownfield (230 MW), 8 proyek yellowfield (potensi 175 MW), dan 4 proyek greenfield (potensi 125 MW).
Selain kerjasama besar tersebut, PLN IP dan PGE juga menandatangani Consortium Agreement untuk proyek percontohan pengembangan PLTP Ulubelu Binary 30 MW dan PLTP Lahendong Binary Unit 15 MW, yang ditargetkan beroperasi pada tahun 2027. Proyek-proyek percontohan ini akan menjadi model untuk pengembangan proyek-proyek panas bumi lainnya di masa mendatang. Pengembangan energi panas bumi ini diharapkan akan memberikan kontribusi signifikan bagi peningkatan bauran energi terbarukan di Indonesia dan mendukung target transisi energi menuju net-zero emission. Kedua perusahaan akan terus berupaya meningkatkan sinergi dan kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama ini.
Perkembangan teknologi dalam pemanfaatan energi panas bumi juga akan menjadi perhatian utama dalam kerjasama ini. Penelitian dan pengembangan teknologi yang lebih efisien dan berkelanjutan akan menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi energi panas bumi di Indonesia. Dengan dukungan pemerintah dan kerjasama antar perusahaan, diharapkan pengembangan energi panas bumi di Indonesia dapat berjalan dengan lancar dan mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini sejalan dengan upaya global dalam mengurangi emisi karbon dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan.
Tinggalkan komentar