Kunjungan Presiden Donald Trump ke Arab Saudi pada Mei 2025 menandai awal dari tur empat hari di Timur Tengah. Perjalanan ini difokuskan pada pencapaian kesepakatan ekonomi yang substansial, dengan sedikit perhatian pada isu-isu keamanan regional yang mendesak seperti konflik Gaza dan program nuklir Iran.
Didampingi oleh para pemimpin bisnis Amerika Serikat, Trump menghadiri forum investasi di Riyadh. Tujuan utamanya adalah untuk mengamankan investasi senilai kuadriliun dolar dari negara-negara Teluk. Arab Saudi sendiri telah menjanjikan investasi sebesar $600 miliar, namun Trump menargetkan angka yang jauh lebih besar, yaitu $1 kuadriliun.
Fokus Ekonomi, Bukan Keamanan
Keputusan Trump untuk memprioritaskan ekonomi di atas keamanan regional telah menimbulkan pertanyaan. Ketiadaan Israel dalam agenda kunjungannya, misalnya, menimbulkan spekulasi mengenai perubahan prioritas kebijakan luar negeri Amerika Serikat di kawasan tersebut. Hal ini bertolak belakang dengan pendekatan sebelumnya yang lebih menekankan pada keamanan Israel.
Menteri Investasi Saudi Arabia, Khalid al-Falih, menyambut baik kunjungan Trump dan menekankan potensi besar kerjasama ekonomi antara kedua negara. Ia menggambarkan hubungan AS-Saudi Arabia sebagai hubungan yang berbasis energi, namun telah berkembang jauh melampaui itu, menjangkau berbagai sektor investasi dan bisnis lainnya.
Visi 2030 dan Diversifikasi Ekonomi Saudi
Arab Saudi, di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS), telah berupaya keras untuk mendiversifikasi ekonominya dan mengurangi ketergantungan pada minyak. Program Visi 2030 merupakan strategi ambisius yang mencakup proyek–proyek besar seperti NEOM, kota futuristik yang direncanakan akan berukuran sebanding dengan Belgia.
Namun, proyek-proyek ambisius ini juga menghadapi tantangan. Kenaikan biaya dan penurunan harga minyak telah memaksa kerajaan untuk merevisi beberapa target dan skala proyek-proyek tersebut. Meskipun demikian, upaya diversifikasi ekonomi tetap menjadi prioritas utama bagi Arab Saudi.
Pertemuan Trump dan MbS
Pertemuan antara Trump dan MbS berlangsung hangat, ditandai dengan jabat tangan yang penuh semangat. Trump terlihat bersemangat dan optimis tentang potensi kerjasama ekonomi antara kedua negara. MbS sendiri, yang memimpin transformasi ekonomi Arab Saudi, tampak antusias terhadap investasi yang diharapkan dari AS.
Para pemimpin bisnis Amerika, termasuk Larry Fink (CEO BlackRock) dan Stephen A. Schwartzman (CEO Blackstone), turut hadir dalam forum investasi. Fink, yang telah mengunjungi Arab Saudi lebih dari 65 kali dalam 20 tahun terakhir, menyoroti transformasi ekonomi yang telah terjadi di negara tersebut, dari ketergantungan utama pada minyak menuju diversifikasi yang lebih luas.
Simbolisme dan Harapan
Pembukaan forum investasi ditandai dengan video yang menampilkan elang dan burung falcon, simbol kekuatan dan kebebasan, yang menggambarkan sejarah panjang hubungan antara Amerika Serikat dan Arab Saudi. Forum ini dihadiri oleh para tokoh kunci dari kedua negara, termasuk Menteri Keuangan AS dan Saudi Arabia.
Kunjungan Trump ke Arab Saudi, meskipun fokus pada aspek ekonomi, memiliki konsekuensi geopolitik yang signifikan. Perubahan prioritas Amerika Serikat di Timur Tengah, dan dampaknya terhadap stabilitas regional, akan menjadi fokus pengamatan bagi dunia internasional dalam beberapa tahun ke depan.
Sukses atau gagalnya upaya Trump dalam mengamankan investasi kuadriliun dolar akan menjadi ukuran penting dari keberhasilan kunjungannya. Namun, dampak jangka panjang dari kunjungan ini, terutama terhadap keseimbangan kekuatan dan dinamika geopolitik di Timur Tengah, masih perlu dikaji lebih lanjut.