Kisah Mardiyem, seorang mantan Jugun Ianfu, mengungkapkan sisi gelap pendudukan Jepang di Indonesia. Ia hanyalah satu dari ribuan wanita yang menjadi korban sistem perbudakan seksual yang kejam ini.
Mardiyem, saat masih berusia 13 tahun, memiliki bakat menyanyi yang menonjol. Namun, mimpi menjadi penyanyi cemerlang berubah menjadi mimpi buruk ketika ia ditipu oleh pihak Jepang yang menjanjikan karier gemilang.
Janji menjadi penyanyi keliling di Borneo membawa Mardiyem kepada kenyataan yang sangat berbeda. Ia dipaksa menjadi seorang Jugun Ianfu, terjebak dalam sistem perbudakan seksual Jepang yang brutal.
Penipuan dan Pemerkosaan
Proses perekrutan Jugun Ianfu seringkali diawali dengan penipuan dan janji-janji palsu. Mardiyem diiming-imingi kesuksesan sebagai penyanyi, namun setelah diperiksa secara keseluruhan tubuhnya, termasuk kemaluannya, ia dipaksa melayani keinginan militer Jepang.
Pemeriksaan itu sendiri merupakan bentuk kekerasan seksual. Mardiyem dipaksa mengalami pemerkosaan oleh pihak yang menguji tubuhnya, menandai awal penderitaannya yang panjang.
Kehidupan di Lanjo
Mardiyem dikirim ke lanjo (rumah bordil) di Banjarmasin, tempat ia dipaksa melayani tentara Jepang. Ia mengalami kekerasan seksual berulang kali. Selain itu, ia juga mengalami kekerasan fisik yang menyakitkan.
Salah satu kejadian yang diingat Mardiyem adalah ketika ia dipukul dan ditendang hingga pingsan selama enam jam karena menolak melayani seorang tamu. Ini hanyalah salah satu dari banyak pengalaman traumatis yang dialaminya.
Kehamilan dan Pengguguran Paksa
Selama masa perbudakannya, Mardiyem pernah hamil. Meskipun ayah dari bayi itu bersedia bertanggung jawab, pemilik lanjo tidak mengizinkannya. Bayi itu kemudian digugurkan dengan cara yang sangat kejam dan kasar.
Pengguguran yang tidak manusiawi ini menyebabkan kerusakan rahim pada Mardiyem, meninggalkan bekas luka fisik dan psikologis yang mendalam. Pengalaman ini menunjukkan kekejaman sistem Jugun Ianfu yang tidak hanya menghancurkan kehidupan wanita, namun juga mengakibatkan trauma sepanjang hidup.
Dampak Jangka Panjang
Kisah Mardiyem hanya sebuah contoh dari ribuan wanita yang menjadi korban Jugun Ianfu. Trauma yang dialami oleh para korban ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik mereka, namun juga kesehatan mental mereka. Banyak dari mereka yang mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan depresi.
Penting untuk mengenang dan menghormati korban-korban Jugun Ianfu. Kisah mereka harus dijadikan pelajaran agar kejahatan kekejaman seperti ini tidak terulang lagi. Perlu upaya untuk menangani trauma para korban dan memastikan bahwa mereka mendapatkan keadilan dan perawatan yang layak.
Selain itu, pendidikan mengenai sejarah ini sangat penting untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. Memahami konteks sejarah dan dampak dari Jugun Ianfu akan membantu kita untuk lebih peka terhadap isu-isu kekerasan seksual dan perbudakan manusia.