Keluarga korban kecelakaan pesawat Jeju Air di Korea Selatan pada Desember lalu mengajukan tuntutan pidana terhadap 15 orang, termasuk pejabat pemerintah dan perwakilan keselamatan penerbangan. Pengacara keluarga korban mengumumkan hal ini pada Selasa, 13 Mei. Tuntutan ini mencakup dugaan kelalaian dalam pengelolaan risiko keselamatan penerbangan dan pelanggaran Undang-Undang Keselamatan Penerbangan.
Salah satu pejabat yang dituntut adalah Menteri Pertahanan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan, Park Sang-woo. Keluarga dari 72 korban dari total 179 korban jiwa dalam kecelakaan tersebut, menekankan pentingnya investigasi menyeluruh untuk mengungkap penyebab kecelakaan maut yang menjadi kecelakaan udara paling mematikan di sejarah Korea Selatan ini.
Investigasi Mendalam Terhadap Kecelakaan Jeju Air
Investigasi yang diminta keluarga korban meliputi beberapa aspek penting. Pertama, penyelidikan mendalam terkait keputusan pendaratan darurat setelah diduga terjadi benturan dengan burung. Kedua, pengkajian menyeluruh terhadap status pemeliharaan mesin pesawat Boeing 737-800 yang mengalami kecelakaan tersebut. Dan yang ketiga, evaluasi terhadap desain dan konstruksi tanggul landasan pacu di bandara Muan.
Pesawat Jeju Air tersebut diketahui melampaui batas landasan pacu, sehingga terpaksa melakukan pendaratan darurat dengan menggunakan friksi perut pesawat. Akibatnya, pesawat menabrak tanggul yang berisi peralatan navigasi, menyebabkan seluruh penumpang dan awak pesawat (179 dari 181 orang) tewas.
Temuan bangkai hewan bebek di kedua mesin pesawat mendukung dugaan adanya hantaman burung sebelum kecelakaan. Namun, para ahli penerbangan menekankan bahwa kecelakaan udara biasanya disebabkan oleh berbagai faktor kompleks, bukan hanya satu penyebab tunggal.
Serangkaian Kecelakaan Penerbangan di Korea Selatan
Kecelakaan Jeju Air bukan satu-satunya insiden penerbangan yang terjadi di Korea Selatan dalam waktu dekat. Pada 28 Januari, pesawat Air Busan mengalami kebakaran di Bandara Internasional Busan saat dipersiapkan untuk terbang. Api terlihat di bagian belakang pesawat, di area bagasi atas kepala.
Menanggapi serangkaian insiden ini, Menteri Perhubungan Korea Selatan berjanji untuk melakukan perbaikan sistem keselamatan penerbangan. Wakil Menteri Pertahanan, Infrastruktur dan Transportasi, Baek Won-kuk, menegaskan komitmen pemerintah untuk membangun kembali sistem keamanan udara dari dasar dan menjadikan keselamatan penerbangan sebagai prioritas utama.
Analisis Lebih Lanjut dan Rekomendasi
Tuntutan hukum dari keluarga korban kecelakaan Jeju Air menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelidikan kecelakaan penerbangan. Investigasi yang menyeluruh dan independen sangat penting untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Selain itu, perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap prosedur keselamatan penerbangan, pemeliharaan pesawat, dan desain infrastruktur bandara.
Perbaikan sistem keselamatan penerbangan, seperti yang dijanjikan pemerintah Korea Selatan, harus mencakup pelatihan pilot yang lebih ketat, peningkatan prosedur pemeliharaan pesawat, dan pengawasan yang lebih ketat terhadap standar keselamatan penerbangan. Transparansi dalam proses investigasi juga akan membantu membangun kembali kepercayaan publik terhadap industri penerbangan di Korea Selatan.
Kejadian ini juga menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan penerbangan di seluruh dunia. Standar keselamatan yang tinggi dan pengawasan yang efektif sangat krusial untuk melindungi nyawa penumpang dan awak pesawat.