Ikon Kuliner Nusantara: Kisah di Balik Spanduk Warung Pecel Lele

Ikon Kuliner Nusantara Kisah di Balik Spanduk Warung Pecel Lele

Pecel lele, hidangan sederhana berupa lele goreng dengan nasi, telah menjadi fenomena kuliner di Indonesia. Kepopulerannya bahkan merambah hingga ke negara tetangga, Kamboja. Namun, di balik kesederhanaan dan popularitasnya, terdapat dua menarik jarang dibahas: asal usul nama “pecel” dan keseragaman desain spanduk warung pecel lele.

Asal Usul Nama “Pecel Lele”

Nama “pecel lele” sendiri cukup membingungkan. Pecel umumnya merujuk pada hidangan sayuran rebus dengan bumbu kacang. Pecel lele, jelas tidak memiliki unsur tersebut. Menurut penelusuran berbagai sumber, termasuk kanal YouTube Room49, nama ini berawal dari pedagang soto Lamongan yang merantau ke pada tahun 1970-an.

Bacaan Lainnya

Mereka menambahkan lele goreng sebagai menu variasi di warung mereka. Di Timur, kata “pecel” memiliki arti “menumbuk” atau “menghancurkan”. Dalam konteks ini, “pecel” merujuk pada proses pemukulan ikan lele sebelum dibersihkan dan dibumbui. Istilah ini kemudian melekat dan dikenal luas, meskipun di luar Timur, arti “pecel” berbeda.

Penyebarannya yang cepat di seluruh Indonesia membuat istilah “pecel lele” diterima luas, meskipun tidak sepenuhnya sesuai dengan definisi tradisional “pecel”. Fenomena ini menggambarkan bagaimana sebuah nama dapat berevolusi dan beradaptasi seiring dengan penyebaran budaya kuliner.

Keseragaman Desain Spanduk

Ciri khas lain dari warung pecel lele adalah desain spanduknya yang hampir seragam di seluruh Indonesia. Warna-warna mencolok, ilustrasi ayam, lele, dan bebek, serta font yang khas menjadi elemen utamanya. Mengapa demikian?

Menurut Room49, pada era 1970-an, teknologi percetakan dan desain grafis masih terbatas. Para pedagang seringkali melukis spanduk sendiri. Keterbatasan ini, justru melahirkan kreativitas dan gaya desain yang unik, yang kemudian menjadi ciri khas tersendiri.

Desain spanduk tersebut sebenarnya bukan tanpa pertimbangan. Ada aspek fungsionalitas yang penting, bahkan bisa dibilang telah menerapkan prinsip UI/UX sebelum desain digital modern. Spanduk harus mudah digulung, terlihat jelas di malam hari tanpa menyilaukan pengendara, dan informatif.

Syarat Spanduk Pecel Lele yang Ideal

Room49 menyebutkan tiga kriteria utama desain spanduk yang ideal:

  • Tahan lama dan mudah digulung tanpa mudah rusak.
  • Terlihat jelas di malam hari, tetapi tidak menyilaukan.
  • Menarik perhatian dan informatif.
  • Oleh karena itu, dipilihlah kain yang tebal dan lentur, cat yang tahan lama, serta warna-warna cerah yang mencolok tanpa terlalu menyilaukan. Ketahanan dan fungsionalitas spanduk ini menjadi kunci keberhasilannya.

    Dari Warung hingga Inspirasi Streetwear

    Spanduk pecel lele telah berevolusi melampaui fungsi utamanya sebagai alat promosi. Ia telah menjadi ikon budaya visual Indonesia. Bahkan, desainnya telah menginspirasi dunia mode.

    Pada tahun 2017, desainer Sulaiman Said dari brand Kamengski menciptakan koleksi fashion bertema spanduk pecel lele. Koleksi ini membuktikan bahwa elemen sederhana dari budaya kuliner dapat menjadi sumber inspirasi kreatif yang unik dan menarik.

    Kesuksesan koleksi ini menunjukkan daya tarik visual spanduk pecel lele yang tak lekang oleh waktu dan mampu menembus batas-batas genre, dari kuliner hingga fashion. Desain yang sederhana dan fungsional ini justru menjadikannya ikonik dan bernilai estetika.

    Warisan Budaya yang Tetap Lestari

    Hingga saat ini, desain khas spanduk pecel lele masih dipertahankan, bahkan di Lamongan, “The Home of Pecel Lele”. Di Desa Bulu Tengger, yang dijuluki Desa Letter, terdapat 19 sanggar yang masih melukis spanduk secara manual. Teknik tradisional ini tetap lestari, meskipun teknologi percetakan sudah berkembang pesat.

    Harga spanduk yang relatif terjangkau, sekitar Rp150.000 – Rp200.000 per meter, menunjukkan bahwa tradisi ini masih tetap hidup dan berkelanjutan. Ini bukan sekadar alat promosi, tetapi bagian integral dari identitas kuliner dan budaya Indonesia.

    Dari warung kaki lima hingga inspirasi desain mode, pecel lele membuktikan bagaimana hal-hal sederhana dapat memiliki dampak budaya yang besar dan abadi. di balik nama dan spanduknya menunjukkan keunikan budaya kuliner Indonesia yang kaya dan terus berkembang.

    Pos terkait

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *