Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) melaporkan angka kasus demam berdarah dengue (DBD) hingga 13 April 2025 mencapai 38.740 kasus dengan 182 kematian. Kasus tersebar di 447 kabupaten/kota di 34 provinsi. Meskipun angka ini lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu, kewaspadaan tetap ditingkatkan.
Sebagai langkah antisipatif, Kemenkes telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/466/2025 tentang kewaspadaan dini terhadap DBD dan Chikungunya. Surat edaran ini ditujukan kepada seluruh Dinas Kesehatan di Indonesia untuk memperkuat kesiapsiagaan menghadapi potensi lonjakan kasus, terutama di awal tahun.
Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono, menekankan pentingnya kewaspadaan mengingat Indonesia merupakan negara hiper-endemik dengue. Ancaman penularan DBD berlangsung sepanjang tahun, sehingga penurunan kasus saat ini tidak boleh menyebabkan kelalaian.
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan DBD
Pemerintah melalui Kemenkes gencar melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan DBD. Hal ini termasuk kampanye edukasi masyarakat dan kerjasama lintas sektor untuk memastikan efektivitas program.
Kolaborasi dengan pihak swasta seperti PT Takeda juga dilakukan. PT Takeda mendukung kampanye “Waspada DBD: Lindungi Keluarga, Selamatkan Masa Depan”, yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan DBD.
Kampanye CegahDBD yang telah berlangsung sejak 2023, fokus pada edukasi dan pencegahan dengue secara menyeluruh. Sasarannya adalah meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penyakit DBD dan bagaimana mencegahnya.
Strategi Nasional Pencegahan Dengue
Indonesia memiliki target nasional: Nol Kematian Akibat DBD pada 2030. Target ini tercantum dalam Strategi Nasional Pencegahan Dengue 2021–2025. Pencapaian target ini membutuhkan komitmen dan kerja keras dari semua pihak.
Peran serta masyarakat sangat penting dalam mencapai target tersebut. Upaya pencegahan DBD tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat.
Pentingnya edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang DBD terus ditekankan. Edukasi yang efektif diharapkan dapat mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam mencegah penyebaran penyakit DBD.
Peran Edukasi dan Kesadaran Masyarakat
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Harsono, menjelaskan bahwa edukasi memegang peranan kunci dalam membentuk pemahaman masyarakat tentang dengue. Studi lintas negara menunjukkan bahwa tingkat pemahaman tentang dengue masih rendah, sekitar 47% di Asia Pasifik termasuk Indonesia.
Meskipun Indonesia mencatat hasil positif dalam praktik pengendalian vektor secara mandiri (56% responden aktif melakukan pencegahan), tindakan ini cenderung tidak konsisten dan hanya meningkat saat musim hujan atau ketika kasus melonjak.
Untuk mengatasi hal ini, PT Takeda memperkuat kampanye CegahDBD dengan berbagai media edukasi, seperti video edukatif, situs web interaktif, dan kanal WhatsApp. Tujuannya adalah agar informasi mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat luas.
Langkah-langkah Pencegahan DBD yang Dapat Dilakukan di Rumah
Dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang penyakit DBD, serta melakukan langkah-langkah pencegahan secara konsisten, diharapkan angka kasus DBD dapat ditekan dan target nol kematian akibat DBD pada tahun 2030 dapat tercapai.
Pemerintah dan berbagai pihak terkait akan terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, memperkuat sistem surveilans penyakit, dan meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi kesehatan yang akurat dan terpercaya. Kerja sama dan partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat sangat penting untuk keberhasilan program ini.