Kulit gatal merupakan keluhan umum yang dialami ibu , seringkali muncul pada trimester pertama dan dapat mengganggu aktivitas sehari-. Prevalensi masalah ini cukup tinggi, diperkirakan antara 14-40% dari ibu hamil. Area yang sering terdampak meliputi perut, payudara, tangan, dan kaki. Penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Persatuan Ahli Farmasi (PAFI) berperan aktif dalam memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat, termasuk mengenai masalah kulit gatal pada ibu hamil. PAFI menekankan pentingnya konsultasi dengan apoteker untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan bagi ibu dan janin.

Faktor Penyebab Kulit Gatal Saat Hamil

Berbagai faktor berkontribusi terhadap munculnya kulit gatal selama kehamilan. Perubahan hormonal merupakan penyebab utama. Peningkatan hormon estrogen dan progesteron membuat kulit lebih sensitif dan rentan terhadap iritasi. Hal ini dapat memicu reaksi terhadap berbagai faktor lingkungan seperti perubahan suhu, bahan kimia, atau bahkan air kolam renang.

Selain itu, peregangan kulit akibat pertumbuhan janin juga menjadi faktor penting. Peregangan cepat di area perut, payudara, dan paha menyebabkan kulit kering dan gatal. Stretch mark yang sering muncul di area ini juga seringkali disertai rasa gatal. Produksi keringat yang meningkat selama kehamilan juga dapat menyebabkan penyumbatan kelenjar keringat dan memicu ruam panas.

Kulit kering (xerosis) juga merupakan penyebab umum. Perubahan hormon dan faktor lingkungan dapat memperparah kondisi kulit kering, menyebabkan pengelupasan dan rasa gatal yang intens. Kondisi ini dapat diperburuk oleh penggunaan produk perawatan kulit yang atau paparan cuaca kering. Kondisi kulit pra-eksisting seperti eksim, psoriasis, dan alergi juga dapat kambuh atau memburuk selama kehamilan.

Beberapa kondisi medis tertentu juga dapat memicu kulit gatal. Kolestasis intrahepatik kehamilan (KIK), misalnya, merupakan gangguan aliran empedu yang menyebabkan penumpukan cairan empedu dalam tubuh dan memicu rasa gatal yang hebat. Prurigo gravidarum, kondisi yang ditandai oleh munculnya bintil-bintil kecil yang sangat gatal, juga dapat terjadi. Kondisi ini biasanya muncul pada trimester kedua atau ketiga.

Pengobatan Kulit Gatal Saat Hamil

PAFI menyarankan konsultasi dengan apoteker untuk penanganan yang tepat. Beberapa pilihan pengobatan yang untuk ibu hamil antara lain:

1. Krim dan Salep Topikal

Krim dan salep topikal yang mengandung bahan-bahan pelembap seperti Biolane pour elle (mengandung hydra-bleine, argan oil, dan vitamin E) dapat membantu melembapkan kulit, mengurangi dehidrasi, dan meredakan gatal. Palmer’s cocoa butter massage cream juga dapat menjadi pilihan yang efektif untuk melembapkan dan mencegah stretch mark. Penting untuk memilih produk yang bebas dari bahan kimia yang dapat memicu iritasi.

2. Antijamur Topikal

Jika gatal disebabkan oleh infeksi jamur, salep antijamur topikal seperti yang mengandung miconazole nitrate dapat digunakan. Pastikan untuk berkonsultasi dengan apoteker atau dokter sebelum menggunakan obat ini.

3. Antihistamin

Untuk kasus gatal yang parah akibat alergi, apoteker mungkin meresepkan antihistamin oral seperti loratadine atau cetirizine, namun hanya berdasarkan resep dokter. Penggunaan antihistamin harus selalu diawasi oleh tenaga medis untuk memastikan keamanan ibu dan janin.

Tips Tambahan untuk Mengurangi Kulit Gatal

Selain pengobatan medis, beberapa langkah dapat membantu meredakan gatal:

  • Memakai pakaian longgar dan berbahan katun yang lembut dan menyerap keringat.
  • Hindari mandi air panas dan penggunaan sabun yang keras.
  • Mandi dengan air hangat dan gunakan sabun khusus ibu hamil yang lembut.
  • Jaga kelembapan kulit dengan menggunakan pelembap secara teratur.
  • Hindari menggaruk area yang gatal untuk mencegah infeksi.
  • Konsumsi air putih yang cukup untuk menjaga hidrasi tubuh.
  • Ingat, konsultasi dengan apoteker atau dokter sangat penting untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat untuk kulit gatal selama kehamilan. Jangan mencoba pengobatan sendiri tanpa pengawasan tenaga medis yang berkompeten.