Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menyampaikan optimisme Indonesia mampu menjadi lumbung pangan dunia. Hal ini disampaikan dalam diskusi panel “Reimagining Indonesia’s Global Competitiveness” pada HSBC Summit . Anindya menekankan pentingnya modernisasi sektor pertanian, peternakan, dan perikanan sebagai kunci keberhasilan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Anindya melihat momentum ini sangat tepat bagi Indonesia untuk melampaui swasembada pangan dan menjadi pemain kunci dalam rantai pasok pangan global. Ia menyebut modernisasi pertanian sebagai strategi (“modern agriculture to make Indonesia the global food hub”). Ini membutuhkan transformasi besar-besaran di seluruh sektor terkait.

Modernisasi Pertanian: Kunci Lumbung Pangan Dunia

Modernisasi sektor pertanian, menurut Anindya, tidak hanya sekedar meningkatkan produktivitas. Ini juga mencakup efisiensi, keberlanjutan, dan daya saing di pasar internasional. Teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), big data, dan komputasi kuantum sangat penting untuk mencapai hal tersebut. Penerapan teknologi ini dapat membantu dalam optimasi penggunaan sumber daya, prediksi cuaca, dan manajemen hama penyakit.

Penggunaan teknologi juga dapat membantu meningkatkan kualitas produk pertanian, sehingga lebih menarik bagi pasar ekspor. Selain itu, teknologi dapat membantu dalam membangun sistem distribusi dan logistik yang efisien, sehingga mengurangi kerugian pasca panen. Investasi di infrastruktur pendukung, seperti irigasi dan penyimpanan, juga sangat penting.

Tantangan dan Peluang

Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam upaya menjadi lumbung pangan dunia. Salah satunya adalah kesenjangan infrastruktur di berbagai daerah, terutama di wilayah timur Indonesia. Keterbatasan akses teknologi dan pendanaan juga menjadi hambatan yang perlu diatasi. Namun, potensi Indonesia sangat besar. Luas lahan pertanian yang masih tersedia, kekayaan sumber daya hayati, dan jumlah penduduk yang besar merupakan aset yang dapat dimanfaatkan.

Program pemerintah seperti Makanan Bergizi Gratis (MBG) bisa menjadi contoh peluang yang perlu dioptimalkan. Kebutuhan pangan harian dalam program tersebut, seperti telur dan ayam, membuka peluang besar bagi pengembangan rantai produksi dalam negeri yang terintegrasi, dari hulu hingga hilir. Peningkatan kapasitas produksi lokal perlu didukung dengan peningkatan kualitas dan inovasi produk.

Penguatan Lokal: Contoh Nusa Tenggara Timur

Anindya mencontohkan Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai wilayah dengan potensi besar yang perlu dikembangkan. Konsumsi pangan di NTT mencapai Rp59 triliun, sementara produksi hanya Rp7 triliun. Kesenjangan ini menunjukkan peluang besar untuk pengembangan ekonomi lokal, terutama di sektor perikanan, khususnya budidaya lobster. Dukungan teknologi dan akses pasar akan sangat membantu daerah ini mencapai kemandirian pangan.

Dengan mengembangkan potensi daerah seperti NTT, Indonesia dapat membangun model pengembangan pertanian yang berkelanjutan dan inklusif. Model ini bisa direplikasi ke daerah lain untuk mempercepat terwujudnya Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Pemerintah perlu memberikan dukungan yang komprehensif, meliputi akses pembiayaan, pelatihan, dan infrastruktur.

Kondisi Ekonomi Makro dan Potensi Indonesia

Kondisi ekonomi makro Indonesia yang relatif stabil, dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5%, inflasi rendah, dan cadangan devisa yang besar, memberikan landasan yang kuat untuk transformasi menjadi pusat pangan dunia. Stabilitas ekonomi ini menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan sektor pertanian dan perikanan.

Namun, keberhasilan ini membutuhkan yang kuat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Strategi yang terintegrasi dan berkelanjutan, dengan fokus pada inovasi dan teknologi, sangat penting untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia juga menjadi faktor kunci keberhasilan.

Kesimpulannya, peluang Indonesia untuk menjadi lumbung pangan dunia sangat besar. Dengan strategi yang tepat, dukungan kebijakan yang konsisten, dan semua pihak, cita-cita ini dapat terwujud. Perlu diingat, keberhasilan ini bukan hanya tentang kuantitas produksi, tetapi juga kualitas, keberlanjutan, dan dampak ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat.