Di era digital, memiliki lebih dari satu pekerjaan bukanlah hal yang aneh. Kenaikan harga barang dan kebutuhan hidup yang terus meningkat mendorong banyak orang mencari penghasilan tambahan. Istilah “side hustle” pun populer, merujuk pada kegiatan tambahan di luar pekerjaan utama untuk meningkatkan pendapatan.
Side hustle berbeda dengan pekerjaan sampingan biasa. Biasanya, side hustle berangkat dari hobi atau minat yang kemudian dikomersialkan. Generasi Z, yang terbiasa dengan teknologi sejak kecil, sangat aktif dalam menjalankan side hustle.
Banyak Gen Z yang memanfaatkan keahlian dan hobi mereka. Contohnya, menjadi freelancer editor, content writer, fotografer, atau menciptakan tren makanan viral. Side hustle juga menjadi wadah menyalurkan kreativitas dan bakat terpendam.
Laporan Deloitte Global 2023 Gen Z and Millennial Survey menyebutkan lebih dari 40 persen Gen Z dan milenial di dunia memiliki pekerjaan sampingan. Hal ini menunjukkan tren yang signifikan. Kemudahan akses internet membuka peluang besar bagi siapa saja yang kreatif dan mau berusaha.
Tidak perlu modal besar atau memulai dari nol. Side hustle bisa dilakukan secara fleksibel. Menjual barang preloved, makanan, atau kerajinan tangan lewat platform online menjadi contoh yang populer. Membangun branding yang menarik, sistem pembayaran yang jelas, dan ulasan positif dari pelanggan sangat penting.
Platform online memudahkan jual beli, tanpa batasan jarak dan waktu. Siapapun bisa mengakses pasar yang luas. “Mengutip dari ELH Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, ‘Gig economy’, keadaan di mana orang lebih memilih pekerjaan sementara dibandingkan kontrak panjang atau pekerjaan tetap juga menjadi latar belakang fenomena side hustle ini.” Inilah yang memperkuat tren side hustle.
Banyak side hustle yang awalnya sampingan, kemudian berkembang menjadi bisnis utama. Berbagai brand besar berawal dari usaha kecil berbasis hobi. Contohnya, desain grafis, produk handmade, hingga jasa konsultasi online. Hal ini menunjukkan side hustle sebagai solusi cerdas menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Manajemen waktu yang baik dan konsistensi sangat penting untuk kesuksesan side hustle. Namun, perlu diwaspadai risiko burnout. Meskipun meningkatkan pendapatan, side hustle bisa menimbulkan stres berlebih jika tidak dikelola dengan baik.
Forbes (2018) menyatakan burnout sebagai ancaman nyata bagi mereka yang menjalankan side hustle. Terlalu fokus mengejar penghasilan tambahan tanpa batasan dapat menyebabkan kelelahan emosional dan penurunan produktivitas. “Forbes (2018) memperkuat bahwa burnout adalah ancaman yang nyata bagi orang-orang yang juga menjalani side hustle.”
Side hustle membuktikan bahwa pekerjaan tidak selalu identik dengan duduk di kantor dan menunggu gaji bulanan. Era digital memungkinkan siapa pun mengubah hobi menjadi penghasilan. Waktu luang pun dapat diubah menjadi peluang usaha.
Namun, penting untuk menjaga keseimbangan. Kejarlah penghasilan tambahan tanpa mengorbankan kesehatan dan kebahagiaan. Side hustle yang ideal adalah yang memberikan manfaat tanpa merugikan kondisi kesehatan mental dan fisik. Prioritaskan keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan kesehatan.