Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menyerukan ketenangan dan konsistensi dalam menjalankan strategi ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global akibat perang dagang dan gejolak ekonomi internasional. Ia menekankan kesiapan Indonesia untuk bersaing di pasar global, mendesak semua pihak untuk tetap fokus pada rencana yang telah disusun.
Anindya menjelaskan bahwa dampak langsung perang tarif antara Amerika Serikat dan negara lain terhadap Indonesia tidak separah yang digembar-gemborkan. Namun, pentingnya strategi antisipatif melalui negosiasi bilateral dan kerja sama internasional tetap menjadi prioritas utama. Kadin sendiri akan segera melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat untuk relokasi impor migas senilai USD 40 miliar.
Negosiasi Migas dan Potensi Pertumbuhan Ekonomi
Suksesnya negosiasi ini diharapkan dapat mengembalikan tarif ke kondisi normal, bahkan meningkatkan ekspor Indonesia hingga 10 persen. Sektor-sektor seperti elektronik, alas kaki, dan pakaian diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang signifikan. Namun, potensi risiko juga perlu diantisipasi, termasuk ancaman terhadap 2,1 juta pekerja yang berpotensi terdampak perlambatan ekonomi global.
Oleh karena itu, Anindya menekankan pentingnya penguatan konsumsi domestik yang saat ini berkontribusi 55-60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi 5-6 persen, Indonesia membutuhkan penciptaan 2-3 juta lapangan kerja setiap tahunnya. Kehilangan 2 juta pekerja akibat perlambatan ekonomi akan menjadi masalah besar yang harus segera diatasi.
Strategi Diversifikasi Pasar Ekspor
Diversifikasi pasar ekspor menjadi kunci jangka panjang dalam menghadapi ketidakpastian global. Kadin telah melakukan beberapa kunjungan ke Turki, Qatar, India, dan Brasil, yang menghasilkan kesepakatan investasi dan kerja sama strategis, termasuk pembentukan sub-fund senilai total 4 miliar dolar AS di Qatar.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tertentu dan membuka peluang baru bagi produk-produk Indonesia. Kerja sama ekonomi dengan negara-negara tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional. Selain itu, Kadin juga aktif menjalin hubungan dengan negara-negara Eropa, salah satunya Estonia, untuk membuka peluang di sektor digital dan investasi.
Penguatan Sektor Pertanian dan Perikanan
Indonesia juga fokus pada peningkatan sektor pertanian dan perikanan. Negara-negara seperti India dan Vietnam menjadi contoh yang dipelajari untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas ekspor. Salah satu fokus utama adalah budidaya lobster di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk pasar ekspor Amerika Serikat. Hal ini sejalan dengan visi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia melalui modernisasi pertanian.
Tantangan dan Peluang di Sektor Pertanian
Meningkatkan produktivitas pertanian dan perikanan membutuhkan investasi yang signifikan dalam infrastruktur, teknologi, dan pelatihan petani. Tantangannya adalah bagaimana memastikan akses petani terhadap teknologi modern, pembiayaan yang memadai, dan pasar yang terjamin. Namun, peluang pasar ekspor yang besar di sektor ini juga sangat menjanjikan.
Secara keseluruhan, strategi yang diusung Kadin menekankan pentingnya proaktif dalam menghadapi tantangan global, menjaga stabilitas ekonomi domestik, dan terus berupaya meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional. Kombinasi dari negosiasi internasional, diversifikasi pasar, dan peningkatan produktivitas di sektor unggulan merupakan kunci untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.