Setelah Pilkada 2024, Bupati Malaka, dr. Stefanus Bria Seran (SBS), menyerukan perubahan besar dalam pemerintahan. Ia menekankan pentingnya persatuan dan kolaborasi untuk membangun daerahnya.
Dalam pertemuan internal dengan tim dan relawan, SBS menyampaikan visi baru yang meninggalkan permusuhan politik masa lalu. Ia mengajak semua pihak untuk bahu-membahu membangun Rai Malaka demi kesejahteraan rakyat. Tak ada lagi sekat-sekat, hanya satu tujuan bersama.
“Kerja tim harus berubah. Jangan posisikan diri sebagai orang yang berkuasa, tetapi sebagai orang yang dipercaya. Karena kita ada dalam lingkaran yang sedang memimpin Malaka,” tegas SBS.
Pernyataan ini menandai perubahan arah kepemimpinan pasca-Pilkada. SBS mendorong pendekatan inklusif, merangkul semua pihak, termasuk mereka yang sebelumnya bukan pendukungnya. Ia mengajak untuk meninggalkan cara kerja lama yang eksklusif dan membangun relasi yang lebih luas.
Pilkada, menurut SBS, adalah bagian dari proses demokrasi. Perbedaan pilihan adalah hal yang lumrah. Namun, setelah proses tersebut berakhir, semua warga Malaka harus kembali bersatu.
“Kita harus ajak orang-orang yang dulu tidak dengan kita untuk bersama-sama urus rakyat Indonesia yang ada di Rai Malaka. Mulai dari RT, dusun, desa hingga kecamatan. Jangan lihat mereka sebagai lawan, tapi sebagai sahabat,” pesan SBS.
SBS juga menekankan pentingnya perubahan cara pandang terhadap aparat desa. Ia meminta timnya untuk menghormati kepala desa sebagai pemimpin sah di wilayah masing-masing.
“Tim tidak boleh menempatkan diri sebagai atasan para kepala desa. Duduk dan diskusilah dengan mereka. Bantu mereka urus desa masing-masing, karena rakyat yang mereka layani adalah keluarga kita juga,” imbuhnya.
SBS melarang keras ancaman atau tekanan terhadap kepala desa. Ia menganggap pendekatan seperti itu sebagai warisan masa lalu yang tak sesuai dengan semangat pemerintahan kolaboratif.
“Omong baik-baik. Jangan arogan. Jangan ancam kepala desa. Mereka pasti dengar jika kita datang dengan hati baik. Ingat, mereka juga punya martabat dan tanggung jawab yang besar,” tegasnya sekali lagi.
SBS menekankan bahwa ukuran keberhasilan tim bukan pada kekuasaan, melainkan pada kemampuan menyatukan semua elemen untuk membangun desa.
“Tim disebut sukses kalau bisa mengajak para kepala desa bersatu urus rakyat. Bukan untuk kepentingan politik, tapi untuk kemajuan desa dan masa depan Malaka,” kata SBS.
Seruan “Ayo Bangun Malaka!” bukan sekadar slogan. Ini merupakan semangat baru yang mendorong kebersamaan dan pengabdian. Membangun Malaka, bagi SBS, bukan hanya soal proyek, tetapi tentang membangun kepercayaan dan harapan baru dari desa.
“Dari desa, kita bangun Malaka. Dari Malaka, kita bangun NTT. Dan dari NTT, kita ikut bangun Indonesia. Ini bukan mimpi. Ini tugas kita semua,” pungkas SBS.