Kegagalan Piala Asia: Desakan Keras Suporter, Liga 1 Wanita Harus Segera Terwujud?

Kegagalan Piala Asia Desakan Keras Suporter Liga 1 Wanita Harus Segera Terwujud

Mimpi Timnas Putri Indonesia untuk tampil di Piala Asia Putri 2026 pupus sudah. Kekalahan tipis 1-2 dari Chinese Taipei Putri di laga terakhir Grup D Kualifikasi Piala Asia Putri 2026 di Indomilk Arena, Tangerang, menjadi pukulan telak bagi Garuda Pertiwi. Kekecewaan mendalam langsung memicu gelombang tuntutan keras dari para pendukung setia.

Kekalahan ini bukan sekadar hasil pertandingan. Ini adalah cerminan dari permasalahan yang lebih besar dalam sepak bola wanita Indonesia. Pertandingan yang berlangsung sengit tersebut diwarnai gol Su Yu-hsuan untuk Chinese Taipei pada menit ke-15. Helsya Maeisyaroh sempat menyamakan kedudukan di menit ke-48, namun gol penentu Liu Yu-chiao di menit ke-75 memastikan kemenangan Chinese Taipei dan eliminasi Indonesia dari turnamen. Indonesia harus puas berada di peringkat ketiga Grup D dengan koleksi tiga poin dari tiga laga.

Kekecewaan suporter memuncak pasca pertandingan. Saat Ketua Umum PSSI Erick Thohir diwawancarai media di stadion, teriakan lantang menyerukan digelarnya Liga 1 Putri langsung menggema. Desakan ini bukan hal baru, namun kekalahan ini seolah menjadi katalis yang memperkuat tuntutan tersebut.

Menanggapi desakan tersebut, Erick Thohir memberikan pernyataan yang cukup diplomatis. “Saya sudah jawab berkali-kali, jadi saya tidak mau mengulang dan saya tidak takut tekanan. Memang realitanya belum,” ujarnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kendala dalam penyelenggaraan liga putri masih cukup signifikan.

Lalu bagaimana dengan alternatif lain seperti Piala Presiden Putri? Erick Thohir balik bertanya mengenai kesiapan infrastruktur dan tim. Ia mempertanyakan jumlah tim peserta dan kesiapan mereka. “Timnya dibagi berapa? Saya tidak tahu. Timnya siapa yang bermain? Timnya tidak ada masalahnya, timnya kan belum ada. Semua masih terkumpul di Timnas Indonesia,” jelasnya.

Lebih lanjut, Erick Thohir menekankan perlunya kesabaran. “Mesti sabar. Saya tidak mau terjebak memaksakan diri, dan kalau kita lihat struktur kompetisi seperti yang putra itu kan inisiatif dari klub-klub dan kepemilikan liga sangat profesional,” tambahnya. Ia menegaskan fokus utama PSSI tetap pada Tim Nasional, namun menyatakan komitmen PSSI untuk mendorong perkembangan kompetisi putri. “PSSI di semua negara itu fokus kepada tim nasional. Tapi apakah kita mendorong kompetisi putri? Ya pasti. Bagian kami mencoba mendorong,” tegasnya.

Liga 1 Putri pernah digelar pada 2019 dengan Persib Bandung Putri sebagai juara. Namun, kompetisi ini vakum selama enam tahun terakhir. Kondisi inilah yang menjadi landasan kuat tuntutan suporter untuk menghidupkan kembali kompetisi demi perkembangan sepak bola wanita dan pembinaan pemain Timnas Putri Indonesia di masa depan. Ke depan, diperlukan upaya kolaboratif dan komitmen yang kuat dari berbagai pihak untuk mewujudkan mimpi tersebut.

Dapatkan Berita Terupdate dari INDObrita di:
PASANG IKLAN ANDA DISINI