INDObrita.com – Berbagai mungkin pernah kita dengar sejak kecil. Beberapa populer di dunia antara lain Sinterklas berbagai hadiah pada malam Natal dan Pinokio memanjang hidungnya setiap berbohong.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Seberapa Penting Dongeng Untuk Perkembangan Anak? Pakar Ungkap Faktanya

Setiap negara, memiliki kepercayaan dan kebudayaan tertentu dalam memaknai serta menceritakan . Namun, pada gilirannya, tetaplah dongeng, yang menurut pakar, pada usia tertentu akan disadari oleh anak.

Meski begitu, tak bisa dipungkiri bahwa cerita imajinatif seperti dongeng, bermanfaat perkembangan anak. Apa saja manfaatnya?

Seorang psikolog asal Amerika Serikat, Lisa Liggins-Chambers, Ph D, mengatakan bahwa dongeng berfungsi sebagai metode dalam mengasuh anak-anak. Biasanya orang tua ingin mengajarkan nilai-nilai tertentu melalui cerita atau sekadar membiasakan kenangan baik untuk anak.

Meski dongeng umumnya fiktif, ia menilai bahwa poin terpenting adalah soal memelihara anak dan mengajarkan nilai penting. Maka dari itu, sangat penting bagi orang tua untuk memahami keseimbangan antara dan pengajaran nilai.

“Dongeng, jika disampaikan dengan bijak dapat membantu mengajarkan anak-anak tentang empati, ketahanan, dan pemecahan masalah sekaligus memberi mereka kegembiraan, keajaiban, dan mengembangkan kreativitas,” ucap Chambers, dikutip dari Psychology Today.

Terkait kisah yang fiktif, orang tua tidak perlu khawatir, karena anak akan mulai menyadari realita kisah tersebut seiring waktu.

“Anak-anak tumbuh dan mulai mempertanyakan realitas cerita-cerita ini pada usia sekitar lima hingga tujuh tahun,” imbuh Chambers.

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak menangani transisi dari kepercayaan (cerita dongeng) ke pemahaman (realitanya), dengan rasa ingin tahu daripada dengan tekanan.

Pakar juga mengatakan bahwa dongeng lebih dari sekadar hiburan. Dongeng berperan penting dalam perkembangan emosional dan sosial anak.

Hal ini karena cerita yang penuh dengan pelajaran moral dan unsur magis membantu anak mengembangkan kreativitas, ketahanan emosional, dan kemampuan berpikir kritis.

Melalui dongeng, anak akan belajar membedakan antara fantasi dan kenyataan. Hal ini akan meningkatkan kemampuan beradaptasi dan ketahanan mereka.

“Dampak dongeng terhadap kesehatan mental anak sangat bergantung pada bagaimana cerita tersebut disampaikan dan bagaimana keluarga mendukung pemahaman emosional anak,” jelas Chambers.

Dalam hal ini, penting bagi orang tua untuk tetap awas dan mendukung anak ketika mereka mulai mempertanyakan cerita. Dengan cara ini, orang tua dapat memastikan pengalaman anak tetap positif dan mendukung perkembangan emosional mereka.

Chambers mengatakan, orang tua bisa tetap membangun yang sebaik mungkin saat menceritakan dongeng. Jika berhasil, anak akan fokus dengan imajinasi dalam cerita tersebut.

Di sisi lain, tetap jelaskan bahwa dongeng tersebut tidak nyata. Ini bisa disandingkan dengan contoh yang ada di dunia nyata terdapat apa saja.

“Tekankan kepada mereka bahwa boleh saja membayangkan ceritanya, karena keterampilan ini dapat menumbuhkan kreativitas dan pemecahan masalah,” terangnya.

Saat anak-anak tumbuh dewasa, ajak mereka untuk mengeksplorasi logika di balik cerita. Misalnya, ajukan pertanyaan seperti, “Menurutmu, bagaimana Sinterklas bisa terbang bersama rusa kutub? Apakah kereta luncur bisa terbang di dunia nyata?”

Menurut Chambers, kegiatan diskusi akan membantu anak-anak melatih pemikiran kritis tanpa mengurangi kesenangan mereka.

Saat anak-anak mengungkapkan keraguan atau pertanyaan tentang dongeng, dengarkan dan hargai rasa ingin tahu mereka. Orang tua wajib memahami pengamatan anak-anak terhadap cerita yang mereka dengar.

Kemudian, berikan penjelasan yang mudah dimengerti untuk membantu mereka memahami perbedaan antara fantasi dan kenyataan.

Jika anak sudah mengerti bahwa dongeng tidak nyata, maka ceritakan ke anak kisah berdasarkan kejadian atau karakter di kehidupan nyata.

“Menyeimbangkan fantasi dengan realitas membantu menciptakan pemahaman yang lebih lengkap sambil tetap menghargai imajinasi mereka,” ungkap Chambers.

Cara lainnya adalah dengan memainkan tokoh-tokoh favorit dari dongeng yang mereka senangi, sambil memasukkan unsur-unsur kehidupan nyata untuk membantu mereka secara lembut memahami perbedaan antara fantasi dan kenyataan.

Cara terakhir adalah sesuaikan penjelasan dengan tahap perkembangan anak. Anak-anak yang lebih kecil mungkin memerlukan istilah yang lebih sederhana, sementara anak-anak yang lebih besar dapat memahami percakapan yang lebih bernuansa tentang hakikat cerita dan simbolisme.

Reporter: IndoBrita